Rabu, 02 Oktober 2013

Pendakian Gunung Lawu 3265 MDPL



Sebelum menjalankan Peraktek Kerja Lapangan (PKL) di RSUD Panembahan Senopati, bantul, jogjakarta. Kali ini saya berkesempatan untuk menjelahi alam gunung lawu di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Yahh sebelum berpusing ria lebih baik bersenang senang dahulu.

Gunung Lawu (3.265 m) terletak di Pulau Jawa, Indonesia, tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Status gunung ini adalah gunung api "istirahat" dan telah lama tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi serta puncaknya yang tererosi. Di lerengnya terdapat kepundan kecil yang masih mengeluarkan uap air (fumarol) dan belerang (solfatara). Gunung Lawu mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaceous. 
Gunung Lawu memiliki tiga puncak, Puncak Hargo Dalem, Hargo Dumiling dan Hargo Dumilah. Yang terakhir ini adalah puncak tertinggi. 
 
Sebelum melakukan PKL saya menemui salah seorang teman. Bagaikan gayung bersambut Dia pun menyetujui untuk berangkat bersama ke Gunung Lawu. Hari itu tanggal 26 Januari kami langsung menuju Stasiun Senen Jakarta untuk membeli tiket dan berencana berangkat untuk tanggal 30 Januari. Tanggal 27 Januari kami packing dan mencari barang yang sekiranya belum tersedia. 
 
Minggu 30 Januari 2012, pukul 18.30 kami berangkat dari rumah menuju Stasiun Pasar Senen. Di stasiun kurang lebih 3 jam kami menunggu kereta yang ternyata telat 1 jam dari jadwal. Pukul 22.30 akhirnya kereta yang kami nantikan datang juga. Kami naik kereta Progo jurusan Yogyakarta Lempuyangan.

Sekitar 10 jam kami di dalam kereta diisi dengan tidur-tiduran saja, sampai di Yogyakarta pukul 08.00 pagi. Sampai di Yogyakarta kami bingung karena saudara dari teman saya sedang tidak berada di Yogyakarta. Kami putuskan untuk langsung menuju Solo menggunakan bus, karena jika menunggu kereta Prameks jadwalnya terlalu siang. Langsung menuju terminal Giwangan dengan bus 3/4. Dari terminal kami naik bus jurusan Solo, entah apa nama bis-nya. Sempat panik naik bis ini, si supir bus mengendari seperti ugal-ugalan dan lumayan kencang. Di dalam bis kami gak bisa tenang lumayan bikin jantung naik turun seperti naik roller coaster. 

Alhamdulillah pukul 10.30 kami tiba di Terminal Tirtonadi Solo, lega rasanya turun dari bis gila itu. Kami bingung untuk menitipkan barang-barang PKL saya. Karena selepas perndakian ini  saya akan menetap di Jogja untuk PKL. Mau mendaki malah bawa barang-barang PKL kan malah menambah beban barang bawaan. 
 
Kami putuskan untuk tetap membawanya saja dan menitipkan di basecamp pendakian. Dari Solo kami naik bus jurusan Tawangmangu. Tiba di Tawangmangu sekitar 12.30. Tanpa basa basi langsung mencari colt yang menuju Cemoro Sewu. Sampai di Basecamp  pendakian Cemoro Sewu sekitar pukul 13.15. Kami beristirahat sejenak dan mencari makan, karena sedari malam perut kami  belum terisi nasi sedikit pun.

Dua mangkuk soto memanjakan perut ini, sebenarnya kurang kenyang tapi lumayan lah buat tenaga nanti berjalan.  Kami mengobrol dengan orang-orang yang ada di basecamp. Ternyata kemarin Gunung Lawu sempat ditutup karena sering terjadi badai angin. Kami pun dipersilakan jalan akan tetapi tidak dipungut biaya masuk karena memang masih ditutup jalur pendakian ini.
 
Pukul 14.30 kami mulai berjalan, dengan derigen yang terisi full dengan air. Karena kami belum tau sama sekali letak mata air di gunung lawu ini, maklum ini pendakian perdana di Gunung Lawu.  Kami terus berjalan santai menyusuri jalan setapak yang landai dan kadang menanjak. Satu jam kami berjalan tiba di Pos 1.
Berhenti sejenak di pos ini untuk minum dan mengambil nafas. Lanjut jalan lagi dengan sesekali berhenti untuk mengambil nafas. kurang lebih satu jam kemudian kami tiba di Pos 2 dan bertemu dua orang peziarah yang memang mau pergi ke atas juga.  Di pos ini hujan rintik-rintik mulai turun, kami mengobrol dengan dua orang peziarah tersebut.
 
Sepuluh menit kami beristirahat di pos 2, kami memutuskan untuk melanjutkan pendakian tersebut, hujan rintik-rintik langit mulai gelap menyertai perjalanan ini. Seketika langit benar-benar gelap. Sialnya kami hanya membawa satu headlamp sehingga kami berjalan beriringan bersama. Langkah mulai lemas dan malas sehingga banyak berhenti di tengah jalan. Pukul 06.30 kami tiba di Pos 3. Di pos ini hujan begitu deras turun, angin pun terasa kencang sekali. saya rasa ini mungkin badai, karena sempat menerbangkan seng-seng shelter pos 3.

Kami putuskan mendirikan tenda malam ini di dalam shelter pos 3 yang terhindar dari angin. Setelah tenda berdiri kami masak air untuk kopi dan mie. Santai-santai di dalam tenda, menikmati suara gemuruh hujan angin di luar sana. Kami tak mengetahui apa-apa soal kemistisan pos 3 ini, maka dari itu kami berdua santai saja dan menikmati pendakian ini. Terasa beberapa kali tenda bergoyang seperti digoyang-goyangkan dari luar. seperti ada yang menendang-nendang frame tenda. Kami bawa santai saja dan tidur, karena memang kami sudah kelelahan setelah perjalanan di kereta semalam.
Pukul 05.30 saya dibangunkan teman saya kami kembali masak nasi untuk mengisi perut. Di luar  terdengar hujan telah berhenti, Kami terus berdoa agar cuaca bagus menyertai perjalanan pagi ini.  Setelah makan dan berberes tenda packing kembali. Pagi itu pukul 07.45 kami mulai berjalan lagi.

Entah mengapa kami berjalan seperti lemas sekali tanpa gairah semangat yang menggebu seperti kemarin. Berjalan dengan santai sekali boleh di bilang kami berdua banyak sekali berhenti. Hingga akhirnya saya memuntahkan isi perutnya pagi itu. Saya pun terasa sangat pusing saat berjalan. Namun, pagi itu kami hanya memiliki keyakinan bahwa kami akan sampai di puncak siang ini.
Yang kami miliki hanya niat tulus untuk bersahabat dengan alam Gunung Lawu. Setelah satu jam berjalan akhirnya kami menemukan pos 4.  Seperti kembali lagi semangat kita yang hilang, kami berjalan mulai cepat dan berirama. Apalagi setelah setengah jam berjalan  kami menemukan pos 5, semakin bersemangat saja kami saat itu.
Di pos 5 kami sempat kesasar, karena malah mengikuti jalan setapak yang kekiri. Banyak tanda-tanda kehidupan di jalan setapak itu. akan tetapi yang kami temukan hanya sebuah pelataran luas yang ditumbuhi rumput liar ( mungkin menuju tempat pertapaan).  Kami putar balik hingga ketemu jalan setapak bebatuan lagi dan menyadari bahwa kami salah mengambil jalur yang seharusnya  lurus saja.
Lanjut jalan lagi sampai akhirnya kami tiba di Sendang drajat. Santai sejenak dan membakar sebatang rokok. Perut kami kembali lapar, akhirnya lanjut menuju Hargo Dalem. Sampai di Hargo dalem kami menuju warung Mbok Yem. Pesan teh manis panas untuk menyegarkan tubuh kembali.

Pukul 12.30 kami menitipkan Keril dan daypack, hanya membawa tas kamera saja ke Puncak Hargo Dumilah. Treking di jalur berbatu yang labil dan terjal, 10 menit kami sedikit berlari menggapai puncaknya.
Alhamdulillah kami tiba di Puncak Hargo Dumilah 3265mdpl. Kami duduk dengan mulut berdecak kagum, karena cuaca saat itu cerah dan sangat indah. Berfoto ria adalah menu utama jika di Puncak Gunung, karena tidak ada apapun yang boleh diambil kecuali foto atau gambar. 



Satu jam kami di puncak, kabut mulai datang mendung pun mulai terlihat. Kami bergegas turun. Turun melalui jalur yang sama menuju warung Mbok Yem. sampai di warung kami memesan nasi pecel dan teh manis. Lapar yang sedari tadi mengganggu kini sudah hilang.
Kami berniat untuk bermalam di warung ini, akan tetapi takut memakan waktu panjang. kami putuskan untuk kembali hari itu juga. Setelah kami berpamitan kepada Mbok Yem, kami berjalan cepat. Sedikit berlari-lari kecil untuk mengejar waktu agar tidak kemalaman.
Setiap pos kami lewati satu persatu. tersisa hanya setengah botol air, kami lupa untuk mengisi air. Kami paksakan untuk terus turun dengan irama cepat dan sedikit berlari. Akhirnya terhitung 2,5 jam kami sampai di pos pendakian Cemoro Sewu, tanpa minum tanpa berhenti.
Sampai di pos Cemoro Sewu kami langsung santai-santai makan baso panas. Memang di basecamp ini sedang ada latihan Kopasuss, Kami mengobrol-ngobrol dengan anggota Kopasuss. Ternyata bener dugaan saya, bahwa di pos 3 itu makhluk gaib-nya rada jahil.  Biasanya mereka menggoyang-goyangkan tenda para pendaki. Mendengar cerita dari Kopasuss dan rangger Lawu tersebut saya jadi merinding, karena saya merasakan apa yg mereka ceritakan.

Sore itu juga kami pulang bareng ke Solo dengan rombongan dari Jakarta. Dengan mencarter colt sampai Stasiun Jebres Solo.  Pukul 20.00 kami tiba di stasiun Jebres Solo. Niatnya saya bergabung untuk pulang ke Jakarta karena teman saya harus PKL ke Jogja. Namun, saat itu tidak ada kendaraan ke jogja, jadi saya menginap satu malam di stasiun jebres untuk menunggu kereta api Prameks di pagi harinya.

Semalaman kami begadang di stasiun dan bercerita cerita dengan para pedagang disana. Pagi harinya kami naik Madiun Express pukul 07.30. Sampai jogja sekitar pukul 09.30. Sampai stasiun lempuyangan jogja kami langsung naik ojek menuju Bantul karena saya akan PKL disana.

Di bantul kami mencari rumah kos-kosan disana dan akhirnya dapat di belakang RS. Panembahan Senopati. Hari itu temen saya berniat bermalam satu malam di kos-kosan tersebut.

Keesokan harinya temen saya pulang menuju terminal Giwangan Jogja untuk mencari bus yang ke Jakarta. Sampai akhirnya saya meninggalkan kota Jogja pukul 16.00.

Terima Kasih, Sampai Jumpa di Perjalanan Selanjutnya. .


 Estimasi Biaya :

Jakarta       - Jogja ( KA. Progo )      = Rp. 35.000
Jogja          - Solo ( Bus )                  = Rp. 10.000
Solo           - Tawang Mangu ( Bus )  = Rp. 10.000
Tw. Mangu - Cemoro Sewu ( Elf )     = Rp.  7.000
                                                           __________
                                                            RP. 62.000







Tidak ada komentar:

Posting Komentar